Senin, 15 Juli 2013

PENAMBANGAN EMAS TRADISIONAL SEKOTONG-LOMBOK

Penambangan Emas di Pelangan, Sekotong Barat

Menggembirakan atau Menakutkan.?
Bukit Tembowong, salah satu tempat penambangan

Berita tentang kandungan emas di beberapa perbukitan di sekitar dusun Tembowong di Sekotong Barat sudah mulai terdengar sejak pertengahan tahun 2008. Berbondong-bondong masyarakat berdatangan untuk mengambil bebatuan yang ada disana. Bahkan belakangan diketahui tidak hanya penduduk sekitar yang datang, tetapi juga penduduk dari daerah lain seperti Bali dan Jawa.

Penghasilan yang mereka peroleh sangat menggiurkan. Untuk satu karung bebatuan bisa di jual antara 100 ribu hingga 150 ribu rupiah bergantung pada kualitas batu (kandungan emasnya). Perhari rata-rata satu orang dapat mengumpulkan 5 sampai 10 karung bebatuan, tergantung pada lokasi yang mereka temukan. Bayangkan perhari mereka bisa mendapatkan sampai Rp 1.500.000,-

Hal ini tentu saja dianggap hal yang menggembirakan, karena dari segi ekonomi meningkatkan taraf hidup penduduk sekitar, yang rata-rata mereka berprofesi sebagai petani dan nelayan.

Tapi jika kita melihat dari sisi dampak kepada lingkungan, apakah juga menggembirakan.? Tentu saja jawabannya, TIDAK,!! Mengapa.?

Ada beberapa hal yang bisa kita kaji lebih lanjut, yaitu :

Pertama : Pengrusakan lingkungan di sekitar perbukitan di daerah penambangan.

Hal ini yang dapat secara langsung kita lihat. Rusaknya struktur tanah dan batuan di sekitar daerah penambangan dapat berpotensi menimbulkan longsor dan berkurangnya penyerapan air oleh tanah yang ujung-ujungnya dapat mengakibatkan banjir.

Kedua
: Pengolahan bebatuan tersebut sampai menjadi emas menggunakan bahan Mercury (Hg) atau dalam masyarakat umum sering disebut air raksa.

Kenapa berbahaya? Apa sebenarnya Mercury itu.? Mercury adalah suatu metal toxis yang berada pada lingkungan, baik bersifat organik maupun non organik, yang kesemuanya berada pada bentuk satu ke bentuk lain seperti pada tanah, udara dan air. Adapun sumber Mercury ditinjau dari senyawa kimia yaitu elemental yang terdiri dari liquid metal, inorganic salt yang terdiri dari Mercury Chloride dan organik yang terdiri dari Methyl, Ethyl, Dimethyl, Phenyl Organic Group.

Adapun beberapa diagnosa medis yang ditimbulkan dari hazard mercury adalah mad hatter (penyakit neurology), renal impairment (sejenis penyakit kegagalan fungsi ginjal), kerusakan fungsi hati, paru, tremor, keram yang terjadi pada bagian perut, kekurangan nafsu makan, diare, iritasi pada mata, menurunnya berat badan secara drastis, dan juga berbagai syndrome seperti, fatigue (kelelahan), peunemonia, deman, hypertensi.

Contoh kasus keracunan Mercury yang paling menyedihkan adalah yang terjadi di Teluk Minamata, Jepang (th 1968). Penduduk di sekitar Minamata mengalami penyakit aneh. Rata-rata dari mereka mengalami gejala sama yang khas, yaitu rusaknya sistem saraf, termasuk saraf otak. Rusaknya saraf otak ini menimbulkan gejala mati rasa (baal), ketidakseimbangan gerak pada tangan dan kaki, kelelahan, kuping berdenging, penglihatan menyempit, ketulian pendengaran, sulit bicara dan bergerak. Hal ini terjadi setelah mulai terdeteksi adanya kandungan Mercury di teluk Minamata pada tahun 1956 hasil limbah dari industri kimia Chisso Co. Ltd.

Tidak hanya sampai disitu, generasi muda Minamata, ternyata mendapat imbasnya juga. Bayi-bayi yang lahir di era tersebut rata-rata mengalami penurunan intelegensia, cacat fisik, atau mutasi genetik.

Kedua hal di atas adalah dampak negatif yang dapat ditimbulkan dari adanya penambangan emas tanpa izin (PETI) yang dilakukan oleh masyarakat sekitar Sekotong Barat.

Yang kita inginkan bersama adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat. Penambangan emas oleh masyarakat Sekotong Barat tersebut tentu saja dapat meningkat-kan kesejahteraan mereka. Tetapi bagaimana agar kegiatan tersebut tidak sampai menimbulkan efek negatif kepada masyarakat itu sendiri beserta lingkungannya?

Tentu saja, sebelum nasi menjadi bubur, sebaiknya kita mencegah terjadinya pengrusakan lingkungan tersebut sejak dini. Makin cepat, makin baik. Hal pertama yang dapat kita lakukan adalah sosialisasi tentang dampak negatif penambangan beserta prosesnya tersebut kepada masyarakat di sekitar penambangan, penertiban lokasi penambangan dan sosialisasi tehnologi tepat guna dengan menggunakan prosedur yang aman dalam pengolahan emas.

Hal-hal tersebut diatas tentu saja membutuhkan partisipasi banyak pihak. Baik pemuka masyarakat, pemuka agama, lingkungan akademik, pemerintah, juga seluruh elemen masyarakat yang peduli terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan hidup.

By: E.Ry

Tidak ada komentar:

Posting Komentar